SAMARINDA- Hari Raya Idul Fitri adalah momentum penting yang dirayakan umat Muslim di seluruh dunia. Selain sebagai waktu berkumpul bersama keluarga, Idul Fitri juga menjadi saat yang penuh makna spiritual, khususnya setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Bagi Pandhu Samudra, pemuda Kota Samarinda, sering kali mengajak sesama untuk merenung lebih dalam tentang makna hidup, perayaan Idul Fitri adalah kesempatan untuk memperbaharui diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus mempererat hubungan sosial antar sesama.
“Dilain sisi sebagai momentum, juga. Idul Fitri merupakan sarana saling memaafkan sesasa umat manusia,” ujarnya usai melaksanakan salat Ied di Kota Samarinda, Senin (31/3/2025).
Salah satu aspek yang tak boleh terlupakan sebelum perayaan Idul Fitri adalah kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Bagi Pandhu, zakat fitrah bukan hanya sekadar kewajiban agama yang harus dilaksanakan, melainkan juga sarana untuk memperlihatkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Zakat fitrah adalah bentuk konkret dari kewajiban sosial yang mengajak umat Muslim untuk berbagi kebahagiaan, terutama dengan mereka yang kurang beruntung. Melalui zakat, kita diajarkan untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga memperhatikan keadaan orang lain yang membutuhkan uluran tangan.
“Berbagi kebahagiaan kepada sesama di hari kemenangan, bersama kita rayakan hari penuh kebersamaan ini,” tambahnya.
Menurut Pandhu Samudra, zakat fitrah memiliki nilai yang lebih dalam dari sekadar membayar kewajiban agama. Zakat berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan harta dan jiwa, mengurangi kesenjangan sosial, serta mempererat tali persaudaraan. Dalam pandangannya, zakat adalah bagian dari keadilan sosial yang memungkinkan setiap orang, tanpa terkecuali, merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagai bentuk keadilan sosial, zakat mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya berasal dari kekayaan materi, tetapi juga dari kepedulian kita terhadap orang lain, terutama mereka yang kurang mampu.
Pandhu juga mengingatkan, bahwa meskipun zakat fitrah diwajibkan pada saat Idul Fitri, maknanya seharusnya terus melekat sepanjang tahun. Sikap peduli dan berbagi tidak hanya berlaku pada satu momen tertentu, tetapi harus menjadi bagian dari keseharian umat Muslim dalam berinteraksi dengan masyarakat. Menurutnya, zakat adalah pengingat bahwa keberhasilan dan kebahagiaan kita harus selalu disertai dengan rasa syukur dan kewajiban untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Dalam pandangan Pandhu Samudra, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk merayakan kemenangan spiritual, mengingat kembali nilai-nilai dasar yang menguatkan hubungan antar umat manusia, dan tentu saja, untuk membuktikan komitmen kita dalam berbagi kebahagiaan. Zakat fitrah bukan hanya sekadar kewajiban yang harus dipenuhi, tetapi juga sebuah panggilan untuk menjaga solidaritas dan mengedepankan rasa kemanusiaan.
Pada akhirnya, perayaan Idul Fitri dan kewajiban zakat fitrah mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati datang bukan hanya dari pencapaian pribadi, tetapi juga dari kepedulian kita terhadap kesejahteraan bersama. Sebuah pesan yang harus terus dijaga, tidak hanya di hari raya, tetapi juga dalam setiap langkah kehidupan. (Dns/Frz)